Aku hanya bisa mematung duduk persis di hadapannya. Bokeb Eh, ayah dan ibumu lama ya perginya?” Tanya Mbak Marisa.“Sampai minggu depan!” jawabku.“Kesepian, dong?” celetuk Mbak Marissa.“Iya, gitu deh!” kataku, masih sedikit gugup.“Mbak gimana?”“Biasa aja. Aku meraba-raba sekeliling dan mencari lilin. Bawa aku ke kamarmu segera!” desah Mbak Marissa.Aku tak segera bergerak. Aku berseru senang dalam hati manakala kutahu ia adalah tetangga baruku.Satu-dua hari pertama tak terlihat perempuan itu di luar rumah. Pingin sekali rasanya menatap Mbak Marissa berlama-lama, sambil membayangkan bagaimana rasanya mencium bibirnya yang seksi.“Ah,itu cuma angan gila yang tak masuk akal!” pikirku.Aku menyalakan satu lilin lagi dan menutup korden rumah serta mengunci pintu. Ia juga kadang menatapku sekilas, dan melempar senyum kecil, yang menurutku teramat hangat itu. Meluncur saja kalimat itu dari mulutku.“Kalau saya kepingin, bagaimana?” tanyaku.Kutatap matanya penuh-penuh.




















