Mula-mula kaki saya dipijatnya pelan-pelan, enak sekali rasanya. Bokepindo Dik Mul nggak sayang sama Mbak ya?”Tanpa menunggu jawaban, saya sambar leher Mul, saya peluk kuat-kuat, saya cium bibirnya. Ini sudah penghasilan bersih, sudah merupakan take home pay. Pelukan saya lepaskan. Saya jawab iya. Setelah puas diciumi, saya berbisik..“Dik Mul, masukkan sekarang kemaluannya ya! Saya tidak mau tahu soal sewa kamar, minum, makan malam dan sebagainya. Ujungnya seperti ujung bambu runcing, lebih panjang bagian bawah. Pokoknya ada uang kemaluan saya terhidang, tak ada uang silakan hengkang. Saya biasa memanggilnya Dik Mul, karena memang usianya baru 21 tahun, tiga tahun lebih muda dari saya. Yang jelas setelah itu tiap hari Selasa dan Kamis saya berkantor di kantor Pak Hendrik.




















