Nah kira-kira seperti itu.. Bokeb Dari burungku tersembur, memancar air mani, yang disertai rasa nikmat. Kedua tanganku masing-masing meraba, memeras-meras, memilin-milin puting Nyai. Dengan lutut menahan badan, aku sedikit menunduk, memegang penisku. Ujungnya, gland penis, besar, kemerahan, membentuk topi baja yang mengkilat. Suasana sekitar kamar hening, hanya degub jantungku yang makin mengeras.Burungku, pelan tapi pasti makin menegang juga. Kalau saja Nyai masih bisa hamil, kata dokter anak yang lahir nanti adalah pria.Saya masih tetap memeluk Nyai sambil mengendurkan nafas. Nyai Elis adalah ibu kostku. Kadang saking gemasnya cengkeraman tanganku ke buah dadanya agak keras, menyebabkan Nyai meringis menggeliat. Bless.. Jangan keras-keras.. Pelan-pelan penisku mulai mengendur, mengkerut. Rasanya aku mau berkelahi dengan membawa senjata golok.Waktu Nyai melihat aku dan memperhatikan penisku..“Hei.. Di bawahnya betis yang halus, kencang.Wajah Nyai menghadap ke samping di mana saya duduk. Seperti tongkat ukiran. Gede buanget..




















