tidak apa kok Bu..” ucapku sekenanya. Bokeb Ia
memintaku untuk ikut ke ruangan kerjanya yang terletak di dalam kamar
pribadinya, semula aku menolak karena tidak sopan masuk ke kamar
seorang wanita yang suaminya tidak di rumah. Cairan pelicin
vagina Bu Lia mengalir dengan derasnya sehingga menambah mudahnya
pergesekan dinding vaginanya dengan batang kemaluanku, hingga berbunyi,
“Belbb… clebb… bleeeb… clebb…”
Lima belas menit kemudian
Bu Lia sepertinya sudah ngos-ngosan, ia mendekatku erat. “Tidak apa kok Ndra…”
Bibirnya kecilnya sembari memberi senyuman yang memikat. Baru sampai setengahnya aku menekan pantat ke depan, tanganku memegang kepala Bu Lia. Rasanya penuh sekali dan otot Bu Lia semakin kuat
menjepit kemaluanku. Paginya kami mengulangi lagi hingga
puas, pukul 11:30 siang aku pulang karena ada kuliah nanti jam 02:00. “Tidak..! “Oh Sayang, kamu lagi cari apaan..?” tanyanya sedikit bercanda. Bu lia memperhatikanku, aku dapat bangku di urutan
paling depan (yach, biasanya bangku paling depan selalu paling akhir
diisi). “Oh sayaangg aku capek… tooloong berhentiii sebbeentarr,”




















