Aku sadar, bila tubuhku masih tetap menciptakan para lelaki menelan air liurnya. “Kamu suka yang lihat barusan, Ndun? Bokep asia Entah mengapa, sejak kami tidak jarang berseluncur di internet, gairah seksku semakin menggebu. Kamu tersebut ngapain?” bentaknya.Indun ketakutan separuh mati. Kamu sakit Ndun?” Aku mendekati Indun dan memegang tangannya. Secara reflek, aku memegang punggungnya, sampai-sampai kami berdua menjadi berpelukan. Dia mendekati kami, dan menyaksikan bahwa kelamin kami saling bersentuhan. “Aduh Mas ini. Kasihan dia, udah malu tuh”, kataku yang malah menambah malu si Indun. Aku tadinya pun sangat malu diintip anak ingusan itu. “Aduuuhhh!” teriakku. Sejak masih anak-anak, Indun dekat dengan anak-anak kami, mereka tidak jarang main karambol bersama di gazebo kami.Bahkan kadang-kadang Indun menginap di situ, karena bila malam, gazebo tersebut diberi penutup oleh suamiku, sampai-sampai tidak terasa dingin. Tentu saja wajah Indun tambah memerah, walaupun tetap saja penis kecilnya tegak berdiri. Aku segera meraih dasterku
