Aku terus membayangkan Bu Tadi yang sekarang sendirian, hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Tentu saja kami tidak puas hanya berciuman dan berpelukan saja. Bokeb Nggak boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan. Habis gemes banget, nafsu banget sih.“Uugh jangan nekad tho. “Buu, aku kangen bangeeet. Sambil makan kami terus mengobrol. Apabila di kedepankan, Bu Tadi sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis. sshh… ssh…” bisik Bu Tadi“Maa, aku juga sudah mau… keluaarr”,“Yang dalam paa… yang dalamm. Bu Tadi melongo, memandangiku. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Tadi. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Aku tersenyum kecut.“Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tidak punya anak sendiri. Napasku seperti terputus. Aku nggak tahan lagi, Bu Tadi aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya,




















