Dadaku mulai berdegup lagi. Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Bokep indo viral Dadaku berguncang. Aku tersetrum. Ah bodoh. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat Wien.Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Wien datang. Lalu vaginanya, basah sekali. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Jangan di sini..!” katanya.Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Keberuntungankah? Masih melongo.“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi.“Ini..?” kataku.“Ya itu.”Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Langkahku semangat lagi. Bibirnya sedang tidak terlalu sensual. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..! Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Keras sekali.“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”Ia berdiri.
