Dadaku berguncang. Hanya suara kebetan majalahyang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musiklembut yang mengalun dari speaker yang ditanam dilangitlangit ruangan.Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletakpletokpletok. Bokep hijab Sengaja kuperlihatkanagar ia dapat melihatnya. Ah apa saja. Jam berapa aku berangkat. Ayo..!Mbak.., pahaku masih sakit nih..! kataku memelas, yasebagai alasan juga mengapa aku masih bertahan dudukdi tepi dipan.Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Aku masih mematung. Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jaritangannya. Ah, kini iamalah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku.Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. suara itu mengagetkanku. Untung ada tissue yang tercecer, sehinggaada alasan buat Wien.Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabargembira dari wanita yang menunggu telepon. Pasti terburuburu. diamendesah keras.Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.Yang.., cepatcepat berkemas. Kring..!Mbak Wien, telepon. Hariitu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belumada yang datang, baru aku saja.




















