Dari botol-botol sampai kereta api, nenek-nenek, orang lalu lalang, gelandangan, pokoknya apapun menjadi sasaran kameraku, kecuali satu. “Thanks.” ucapnya pelan. Bokep indonesia “Please.., jangan potretin lagi deh..!” pinta Lia. Motor drive yang kusetel 2 shot perdetik memboroskan isi film-ku. Pose demi pose yang dilakukan Lia sungguh apetizing, membuatku terangsang, mungkin si Ivan juga yang dari tadi pasif sekaran sibuk mengamati.Setelah satu rol habis, aku menghampiri Lia, Lia memandangiku sambil tersenyum manis. Aku melihat puting susunya tercetak di balik kain Kamisol-nya. Lalu lidahnya menjilati dari ujung topi bajaku turun ke buah kembarku, lalu yang membuatku kaget ketika dia menjilati juga lubang anusku. Sambil mendekap bahu cewek itu, Ivan berusaha merayu terus, “Kenapa malu..?”
“Toket gue kecil..” ucapnya lucu. Tapi kegagalannya bukan ketika saat memotret, tapi memang proses kamar gelap yang asal-asalan.“Nggak apa-apa deh, paling enggak fotonya nggak akan beredar…” katanya datar.