Felicia mencoba menurunkan tangannya untuk mengelus-elus kelentitnya sendiri, tapi segera kucegah. “Lisa, please”, minta Felicia, jemari tangannya menelusuri rambut kepalaku. XNXX jepang yeessh.. Kelentitnya betul-betul keras dan tegang, dan berdetak kencang saat kusentuh. Kami saling bertukar pengalaman, dan aku benar-benar terpesona oleh perbedaan kebudayaan dan latar belakang kami berdua. Kujilat, kukecup, dan kugigit lembut kulitnya yang putih mulus. Cincinku yang hilang tentu saja tersembunyi di celana dalamnya, namun aku tetap berpura-pura mencari-cari benda tersebut.“Dimana, sih cincin ini?” Kunikmati reaksinya terhadap sentuhanku, kudorong selangkangannya ke dalam telapak tanganku. “Sebab, hal pertama yang saya ingin kamu lihat besok pagi adalah wajah saya tersenyum di antara kedua pahamu”, jelasnya. Ya ampun, Felicia betul-betul lembut! Selesai bagian tersebut, Felicia meletakkan tanganku ke pahanya yang tak tertutup. Pandanganku menyapu wajahnya yang karena berkeringat dan merona merah terlihat benar-benar spektakuler, dengan ujung hidungnya yang runcing dan lesung pipitnya yang molek.
