Mbak Diah hanya menatapku sayu dengan nafas yang memburu. Ga jadi nyesel deh, Pak Wir banyak ijinnya. Bokep stw Ijin terus aja Pak wirrrrr…
Setiap bosku keluar kota aku selalu menemani Mbak Diah dan memberinya kepuasan. Tangan kanan Mbak Diah mencengkeram tembok. Tapi aku suka banget ama yang segitu.“Eko Kenapa berhenti?”, ucapnya lirih seraya matanya yang sayu memandangku.Tanpa pikir panjang kuhampiri Mbak Diah dan berlutut di depannya. Ibu Diah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Lombok.Sejak pertama kali bekerja di radio itu, aku udah jatuh cinta ama Ibu Diah untuk pertama kalinya. Mbak Diah menahan tubuhnya dengan tangan di tembok. Wah, di mana nih. Kuciumi lagi bibirnya, hidungnya, matanya, keningnya, pipinya, dagunya. Aku segera bangkit. Sensasi di dua wilayah sensitifnya membuat mbak Diah ga semakin ga karuan. Tidak lama di situ aku berniat untuk langsung menyerbu payudara Mbak Diah.
