Lagipula aku memang orang yang tidak terlalu fanatik norma kesucian, bagiku lebih nikmat dengan tidak memikirkan hal-hal njelimet seperti itu.Kembali ke “pertempuranku”, setengah dari penisku sudah masuk keliang vagina sempitnya, kutarik maju mundur pelan, pelan, cepet, pelan lagi, tanganku sambil meremas buah dada Pipit. Bu Murni namanya. Bokeb Pipit masuk ke ruangan dalam mungkin ambil air atau apa, aku diruangan depan. Aku orgasme menyemprotkan benda cair kental di dalam mecky Pipit. Kok kita pegang-pegangan sih..” Pipit setengah berbisik. Aku tak perduli siapa yang mendahului aku, itu bukan satu hal penting. Sebaliknya Pipit juga demikian. Sambil ngobrol ngalor-ngidul aku antar dia sampai dirumahnya yang memang agak jauh dari pasar tempat dia berjualan kain-kain dan baju.Sesampai dirumahnya aku bantuin dia mengangkat barang-barangnya. Aku tinggal dirumah sepupu, karena sementara masih menganggur aku iseng-iseng membantu sepupu bisnis kecil-kecilan di pasar.




















