Aku masih mematung. bokep terbaru Aku menikmati kelincahan lidah wanita setengah baya yang tahu di mana titik-titik yang harus dituju. Langkahku semangat lagi. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aku hanya mendengus. Tetapi, bayangan itu terganggu. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.“Bang, Bang kiri Bang..!”
Semua penumpang menoleh ke arahku. Sekali. Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Haruskah kujawab sapaan itu? Atau mau gunting? Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Tidak pasang wajah perangnya.“Kayak kemarinlah..,” ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.Begitu kebetulankah ini? Pasti terburu-buru. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Ke bawah lagi: Tidak. Nampak ada perubahan besar pada Wien. Pokoknya turun.“Kiri Bang..!”Aku lalu menuju salon. Bau tubuh wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat.