Kuangkat telapak tangan di mataku, menariknya ke depan sehingga pipi gadis itu menyentuh pipiku. “Aku ingin bercinta denganmu, Ray.”
“Jangan, Chie!”
Kupegangi kedua pundaknya, menjauhkan kepalanya. XNXX terima kasih,” suaranya terdengar sendu, “Kamu?”
“Aku sudah menimbang-nimbang,” jawabku. Ini pancaran yang jauh lebih dewasa, yang membuatku merasa demikian kecil di hadapannya. Huh? “Chie..”
“Aku sayang kamu, Ray.”Kuterlentangkan tubuhnya, kuciumi buah dadanya yang telanjang, menikmati gesekan kemaluan kami yang beradu. “Ray…” kudengar gadis itu meratap terisak dalam dekapanku. Akhirnya Chie berhasil mendapatkanku. Gadis yang satu ini sangat unik. Itulah sahabatku, gadis cerewet yang berbicara seperti kereta api, yang kukenal sejak penataran mahasiswa baru. Nyaris saja kopi susu itu keluar dari mulutku dan membasahi foto copy makalah di atas meja. Dan aku masih sering menghubunginya. Kami masih sering berkelana di dunia fana, menemani hantu-hantu malam yang berkeliaran di naungan kepak-kepak sayap cinta dan kasih sayang, mengembangkan layar mencari pelabuhan perhentian kami.Kami bertiga masih




















