Mendadak jari tanganku dingin semua. Astaga. Bokep mom Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Kaki kusandarkan di tembok yang membuat ia bebas berlama-lama membersihkan bagian belakang pahaku. Sudahlah. Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku.“Masih sepi ini..!” kataku makin berani.Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Dadaku berguncang. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Satu dua, satu dua. Benarkan kesempatan itu lewat. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Kadang-kadang ketimun. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Ia menikmati, tangannya mengocok Junior.“Besar ya..?” ujarnya.Aku makin bersemangat, makin membara, makin terbakar.




















