pikirku saat itu. XNXX Matanya terpejam. nnggh..” kunikmati gerakan tulang punggungnya yang terangkat. Hup. Kusentil ujungnya dengan telunjukku sambil tertawa kecil. ah..” Nia masih mengerang-erang di bawahku. ahh.. kita..”
Nia membalikkan tubuhnya,
“Aku tahu kok.. seandainya saja.. Nia..” kuremas dadanya di genggamanku, menikmati kekenyalannya. ahh.. Kubuka lemariku dan mengambil sebotol Bacardi yang isinya tingal setengah. “Bagaimana bisa pengertian kalau sifatnya seperti itu terus?”
“Yaahh.. Dan mengomeliku karena tidak pernah menghubungiku lagi sejak perpisahanku dengan Enni. hh..” kuraasakan keringat di permukaan perutku. Kamu tidur..? gini..” Nia tertawa melihat kegugupanku. “Untunglah..” kataku tanpa memperdulikan bibirnya yang terlipat. ah..” Nia masih mengerang-erang di bawahku. mungkinkah Nia merasa iri atas keberhasilan Enni mendapatkanku? “Ahh.. Kubuka baju atasku, menempelkan dadaku ke payudaranya, menekan dan menggesek, menikmati semua keluhan dan rintihannya yang tertahan ketika bibirku mengulum bibirnya.Ah.. Aku menangis semakin keras, mengerang dan terisak, sesekali menguap dengan gerakan sesamar mungkin, sekedar memastikan air mataku tetap
