Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Bokep hijab Semua orang bebas masuk asal punya uang. Lalu ngomong apa? Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk.“Terima kasih,” ujarnya ringan.Aku sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi, sehingga tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.“Saya juga tidak suka angin kencang-kencang. Garis setrikaannya masih terlihat. Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Aku duduk di tepi dipan. Aku lupa kelamaan menghitung kancing. Ah bodoh. Aku harus memulai. Ah.., selangkanganku disentuh lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai.Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..! Aku masih ingat sepatunya tadi di angkot.




















