“ I… i… iya sama-sama ” balasku,
Sebenenarnya aku ingin sekali ada bahan yang yang bisa kami omongkan lagi, agar aku tidak perlu curi-curi pandang kepadanya. Jarinya mengelus tdiap mili selangkanganku. Bokep hijab Bicara apa? Selesai dipijat dia tidak meninggalkan aku. Benarkan kesempatan itu lewat. Wajahku merah padam. Dadaku mulai berdegup lagi. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah. Dia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Betul-betul keras. Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..! Ah masa bodo. ” dia mendesah keras. “ Siapa Mbak..? Aku lupa kelamaan menghitung kancing. “ Si Dila, yang tadi. Dia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Sebenarnya aku belum pernah bicara di angkot dengan seorang wanita, apalagi separuh baya lagi. Selesai. Garis setrikaannya masih terlihat. Di mana? Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek. Inilah kesempatan
