Lagi ngilangin pusing. Bokepindo ah… keluar… ekh… ah… nanti puting gue.. gue… pake.. Tubuhnya langsing dengan pinggang yang ramping. Sekali lagi Winnie mengaduh-aduh dengan kekasaranku tadi. Sementara lidahku menjilati puting susu, areola dan permukaan payudaranya yang lain. Toh, aku tidak peduli. Besar dan indah sekali. Zal, jangan dielus aja dong, remes tetek gue… gue nggak tahan kalo cuma digituin doang!”
“Ah, Lo isep dulu kontol gue deh, Win. Dan anehnya, saat itu Winnie sendirian melintas di depan taman tersebut, seorang diri saja. Aku terkulai lemas dan menindih tubuh Winnie yang telah pingsan. Tanganku memegang tangannya. Tangan gue luka. Entah mengapa, Winnie tampaknya sangat memujaku. Tangan kananku menggenggam dan memeras payudara kirinya dengan kuat, seperti memeras santan. Sementara lidahku menjilati puting susu, areola dan permukaan payudaranya yang lain. Lo sedot sampe semua isi tetek gue keluar juga, nggak bakal ada air susunya…” komentar Winnie sambil meringis.




















