Hana menyilahkanku duduk & berbalik sebentar ke dapur untuk kemudian kembali lagi dengan membawakanku segelas minuman dingin. Bokeb ia sudah kangen, tampaknya… Pada saat membukakan pintu Hana memakai daster putih,
Terlihat cukup jelas, pepayanya yang unik menerawang dari balik sangkarnya. Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Saya menciumnya. Setelah ngobrol ngalor ngidul. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Begitu tersentuh, desahan nafasnya semakin keras, & semakin memburu. Apalagi bila ia memasukkan kemaluanku ke mulutnya seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Hana mulai mendesah & meracau tak jelas. Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke toketnya yang cukup besar & unik. & tiba-tiba dengan ganasnya, ia melumat & mengulum senjata saya yang mulai mengendur. Apalagi suaranya yang meracau itu….




















