“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”
Ia berdiri. Bokep live Dari iramanya bukan sedang berjalan. Ia kerja di sana? Ia tersenyum melihatku.“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.Ia mencari-cari. Hitam. Si Penis tiba-tiba juga ikut-ikutan ciut. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.“Mbak Iin.., aq mau makan dulu. Hanya suara kebetan majalah yg kubuka cepat yg terdengar selebihnya musik lembut yg mengalun dari speaker yg ditanam di langit-langit ruangan.Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok. Suara yg kukenal, itu kan suara yg meminta aq menutup kaca angkot. Nafasnya tercium hidungku. Jam berapa aq berangkat. Aq tahu di mana ruangannya. Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.“Mbak Iin telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.Mbak Iin merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.“Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Iin.Aq mengambil pakaianku.




















