“Iya Nes, dah pengen ngerasain empotan kamu lagi”. Setelah puas melumat bibir dan lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya. Bokeb Critanya gini. Otomatis pahaku merenggang memberi kesempatan jemarinya untuk bermain lebih leluasa di bukit mekiku. Dina hanya tersenyum ketika kulapori ulah bapaknya (tentunya secara umum, aku gak crita ama Dina kalo dia ngeluh ibunya gak mo ngelayani bapaknya), dia bilang, itu tandanya papah sayang sama aku. “Om, nakal ih”, desahku, napsu sudah kembali menguasaiku. “Istirahat dulu ya om”. “Om, belum mau muncrat ya, Ines lemes om”, desahku. “Nikmat banget om”. ayoo om.. “Muncratin di dalem aja om, kan om pengen muncrat di dalem mekinya Ines”, jawabku terengah. Tapi menjelang tiba di saat dia muncrat, dia mencabut batangnya dan langsung tegak berlutut sambil menarik kedua lenganku sehingga aku ikut bangun terduduk. “Om, nanti dilihat orang lo, pintunya masih terbuka”, kataku.











