Bu Astrid tampak begitu menikmati itu. Bokepindo Aku lari menjauh, tak perlu repot-repot menata ulang piring-piring yang berserakan.Satu jam kemudian Bu Astrid keluar dari kantor dan minta balik ke Surabaya. Kuberanikan bicara, “Ibu tidak perlu memberi saya uang itu. Selebihnya, ia tidak bicara lagi. Saya tidak ingin mengganggu kesempurnaan suasana ini,” kataku.“Begitu?” kata Bu Astrid pelan, meletakkan gelas di meja di sebelahnya. Cara berjalan itu, demikian menggetarkan dada. Astrid merintih, mengerang, mendesah dan mengaduh nikmat. Astrid segera melepas kaosku dan melepas tank-topnya sendiri, membiarkan dada indahnya telanjang.Aku segera menyergap dada indah itu. Dinding salah satu lorong itu ternyata adalah kaca salah satu ruang kantor. Bu Astrid tampak begitu menikmati itu. Kalau tak ada dinding kaca ini, aku pasti bisa mendengar desah-desah nikmatnya. Selebihnya, ia tidak bicara lagi. Aku mengetuk pintu cottage.“Masuk saja, tidak dikunci!” terdengar suara Bu Astrid.




















